Allah telah menciptakan insan dengan keunggulan-keunggulan yang menyebabkan dirinya istimewa dibanding ciptaan Allah yang lain. Keistimewaan inilah yang menyebabkan insan memiliki posisi yang lebih mulia dan utama dari malaikat sekalipun.
Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang bagus-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan keunggulan yang tepat.” (QS: Alisra:70)
Apa saja keistimewaan yang dimiliki insan dalam ayat-ayat Alquran?
- Memiliki Ilmu Pengetahuan, (QS: Al-baqaroh: 31-33)
- Menjadi Khalifah, (QS: Al-baqarah:30)
- Malaikat pun Bersujud Kepada Manusia, (QS: Shad:71-72).
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman terhadap malaikat, “Sesungguhnya Aku akan membuat insan dari tanah. Kemudian jika telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.” (QS: Shad:71-72) - Mampu Mengungkap Rahasia Alam Semesta, (QS. An-nahl: 14).
“Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), semoga kau mampu menyantap daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kau mengeluarkan pelengkap yang kau pakai. Kamu (juga) melihat bahtera berlayar padanya, dan agar kau mencari sebagian karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. Anahl: 14) - Memiliki Akal Sempurna untuk Mengetahui Baik dan Buruk, (QS: Assyam: 7-10)
- Dibekali Fitrah Tauhid, (QS: Arrum: 30)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus terhadap agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah membuat manusia berdasarkan (fitrah) itu. Tidak ada pergeseran pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi pada umumnya manusia tidak mengenali.” (QS: Arrum: 30)
Disamping banyak keunggulan, kita sebagai insan memiliki juga beberapa kelemahan. Dua kekurangan utama kita telah ditunjukkan oleh Allah swt dalam dongeng nabi Adam as. Seperti kita ketahui dongeng Nabi Adam dan Hawa, Allah swt sudah memberikan nikmat yang besar kepada Adam as untuk tinggal di surga dengan syarat tidak makan buah “khuldi”. Tetapi pada hasilnya nabi Adam makan buah tersebut.
Dalam QS. Thaahaa 115 disebutkan ada dua sifat Adam as (yang juga kita miliki) sehingga terjerumus oleh godaan iblis yaitu:
“Dan bahwasanya telah Kami perintahkan terhadap Adam dulu, maka beliau lupa, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang besar lengan berkuasa.”
Ibnu Abu Hatim menyampaikan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinari, sudah menceritakan terhadap kami Asbat ibnu Muhammad, telah menceritakan terhadap kami Al-A’masy, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia itu dinamakan manusia tiada lain sebab Allah telah menyuruh kepadanya dulu, lalu dia lupa terhadap perintah-Nya.” Hal yang serupa sudah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu Abbas. Mujahid mengatakan —begitu juga Al-Hasan Al-Basri— bahwa makna nasiya adalah meninggalkan.
Sifat lupa dan motivasi yang lemah inilah kelemahan kita semua sebagai insan. kalau kita tidak mampu untuk selalu mempertahankan ketaqwaan kita, maka sangat dengan mudah kelemahan tersebut menempel pada diri kita.
Ada yang menyebutkan bahwa lupa bekerjasama dengan intelectual capacity yakni kemampuan kita untuk mengingat sesuatu.
Dan hal ini bisa diperburuk dengan campur tangan setan mirip hadits yang menyebutkan godaan setan kepada orang yang sedang sholat hingga ia lupa jumlah rakaat yang sudah dikerjakan. Oleh sebab itu, perbanyaklah meminta santunan Allah swt dari godaan setan semoga kita tidak gampang lupa.
Motivasi yang lemah mampu dikaitkan dengan emotional capacity yang berasal dari kemauan kita sendiri. Motivasi lemah mampu dilihat dengan sikap enggan, malas, tidak bersemangat ataupun hambar. Titik ekstrim dari orang dengan motivasi nol yakni dikala ia melaksanakan bunuh diri. Motivasi dalam hidup kita mampu diumpamakan sebagai lilin di kegelapan. Ketika motivasi kita meredup, kita bisa malas makan, malas melakukan pekerjaan , enggan belajar sampai tidak memiliki ilham apapun.
Jika kita amati letak dua kekurangan tersebut, terdapat pada Otak kanan (emotional capacity) dan Otak kiri intelectual capacity. Maka dengan mengenali kelemahan ini, setidaknya kita selaku insan niscaya berusaha untuk melatih diri dalam mengamalkan fatwa-anutan Islam selaku mana yang diajarkan Para Nabi terdahulu.
Wallahu a’lam bish showab.