Kecerdasan Muttaqin – Rumah Mencar Ilmu Elpedia

Sebagai manusia yang selalu menghamba kepada Allah SWT tentu seseorang harus selalu menjag KECERDASAN MUTTAQIN - Rumah Belajar Elpedia
Sebagai insan yang senantiasa menghamba kepada Allah SWT pasti seseorang harus senantiasa menjaga Ketakwaan terhadap Allah SWT sebagai sebuah kecerdasan yang terpatri di dalam dirinya. Kecerdasan Muttaqin merupakan kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual. Kecerdasan tersebut diterangkan Allah dalam Q.s. Ali Imran, [3] ayat 135-138. Pada ayat-ayat tersebut Allah SwT berfirman

وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri,(secepatnya) mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan tindakan dosa itu, sedang mereka mengetahui.

أُو۟لَـٰٓئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةٌۭ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّـٰتٌۭ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ ٱلْعَـٰمِلِينَ

Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan nirwana-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka baka di dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang berinfak.

قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌۭ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah (Allah), sebab itu berjalanlah kau ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)

هَـٰذَا بَيَانٌۭ لِّلنَّاسِ وَهُدًۭى وَمَوْعِظَةٌۭ لِّلْمُتَّقِينَ

Inilah (Quran) suatu informasi yang jelas untuk semua insan, dan menjadi isyarat serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa

Ciri orang yang bertakwa yakni orang yang berdzikir, istigfar, dan bertaubat adalah dimaknai pandai secara spiritual atau kecerdasan beribadah. Allah memerintahkan orang yang telah berbuat kesalahan supaya,
pertama mereka ingat Allah SwT, lalu memohon ampun.
Kedua, tidak meneruskan perbuatan itu, meninggalkan dengan tekad tidak mengulangi dosa,
ketiga mereka mengetahuinya, adalah wawasan kesadaran untuk tidak melakukan lagi.
Ayat di atas tidak bermakna, ketika kita melakukan kesalahan lalu gres kita meminta ampun terhadap Allah namun berdoa hendaknya dikerjakan di waktu pagi dan petang sebagaimana yang ditugaskan di dalam Al-Qur’an (Q.s. Al-Insan, [76]: 25), (Q.s. Al-Fath, [48]: 9).

Di samping itu, manusia hendaknya tidak mirip pepatah makan kacang lupa akan kulitnya. Karena pada umumnya insan di dunia ini, ketika melakukan kesalahan atau ditimpa musibah manusia senantiasa ingat kepada Allah, tetapi sehabis berdoa dan dikembalikan nikmatnya, dia lupa terhadap lezat-nikmat Allah yang telah diberikan kembali sebagaimana diungkapkan dalam Q.s. Al-Zumar, [39]: 8

Kecerdasan Intelektual
Pada Q.s. Ali Imran [3]: 137 insan ditugaskan untuk mempelajari Sunnahtullah adalah kebiasaan-kebiasaan atau ketetapan dewa dalam penduduk , sedangkan ayat 138 menjelaskan bahwa isyaratnya tidak lain adalah Al- Qur’an Kitab Suci yang mengungkapkan adanya hukum-hukum yang menertibkan kehidupan masyarakat. Al-Qur’an yaitu penerangan bagi seluruh insan, dan isyarat serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Kedua ayat tersebut dimengerti pada dua konsep intelegensi.

Para psikolog yang membicarakan intelegensi setuju bahwa intelegensi terbagi menjadi dua macam adalah
pertama kemampuan lisan, yang tercermin dalam sikap seperti menampilkan kosa kata yang baik, membaca dengan pengertian yang tinggi, terlatih yang mendalam pada suatu bidang wawasan tertentu, dan memberikan rasa ingin tahu.
Kedua, keahlian memecahkan persoalan, yang tercermin pada perilaku mirip berpikir logis dan jernih, mampu menerapkan wawasan dalam menghadapi persoalan, dan membuat keputusan yang bagus.

Kecerdasan intelegensi yang pertama ialah pengetahuan yang ada di penduduk , adalah ketetapan atau Sunnah-Sunnah Allah di masa kemudian, kurun sekarang, atau kala depan. Sesuatu yang terjadi di bumi semestinya dipelajari dan diamati.

“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu Sunnah-Sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kau di tampang bumi dan perhatikanlah bagaimana balasan orang-orang yang mendustakan (Rasul-Rasul).”

Dan kecerdasan intelegensi kedua terkandung dalam Q.s. Ali Imran [3]: 138

“Ini (Al-Qur’an) yakni penerangan bagi seluruh insan, dan isyarat serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”

Dalam Q.s. Ali Imran [3]: 137, manusia ditugaskan untuk mengerti peristiwa-kejadian yang terjadi sekeliling kita, kemudian amati apa yang terjadi akibat dari orang- orang yang tidak taat pada Sunnah- Sunnah atau ketetapan Allah dan memahami akibat orang yang sudah mendustakan Rasulullah saw.

Ini menunjukkan bahwa orang yang cerdas mengetahui ayat Al- Qur’an yaitu orang yang bisa menafsirkan Al-Qur’an secara komprehensif. Yaitu menafsirkan Al- Qur’an tidak sepotong-potong, perlu pengetahuan ilmu-ilmu Al-Qur’an, ilmu-ilmu Hadits, fiqih, sain dan teknologi, antropologi, psikologi, ekonomi, dan aneka macam disiplin ilmu pengetahuan yang dapat menolong mengerti instruksi atau pesan-pesan Allah di dalam Al-Qur’an. Sehingga agama Islam merupakan agama rahmat bagi seluruh alam semesta, bukan rahmat bagi golongannya sendiri, seperti agresi terorisme, perusakan lingkungan, menyakiti diri sendiri yang dapat merusak kesehatan, atau tindakan yang tidak sejalan dengan persepsi Islam. Sungguh luas persepsi hidup yang diajarkan oleh Al-Qur’an.

memakai busana yang baru atau yang usang tidak akan bermakna. Jika busana tersebut tidak dihiasi dengan ketakwaan sebab busana yang baik yakni takwa, Allah berfirman dalam Q.s. Al-A’raf[7]: 26

26. Hai anak Adam, bergotong-royong kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan busana indah untuk aksesori,dan pakaian takwa ialah busana yang paling baik. Yang demikian itu ialah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Praktis-mudahan mereka selalu ingat.

Takwa telah sebaiknya ‘digendong kemana- mana’ mirip yang dijelaskan dalam beberapa Hadits. Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada, dan ikuti tindakan buruk dengan kebaikan. Serta diterangkan pada Hadits lain bertakwalah kepada Allah, alasannya hal itu ialah sekumpulan kebaikan .

Catatan dari khutbahnya Ust. MUHAMMAD MAIMUN, M.A., M.S.I